MASYARAKAT
DAN STRATIFIKASI SOSIAL
Masyarakat
dengan penuh kedinamisan yang ada di dalamnya menjadi daya tarik sendiri untuk
dikaji lebih dalam. Di dalam masyarakat banyak terdapat unsur-unsur, budaya,
serta interaksi-interaksi yang beraneka ragam. Semuanya merupakan variabel yang
saling berhubungan satu sama lain. Kehidupan masyarakat beserta kompleksitas
permasalahan yang ada di dalamnya menjadikan masyarakat sebagai obyek kajian
atau penelitian berbagai teori-teori sosial yang nantinya juga akan kembali
kepada masyarakat itu sendiri. Sehingga perlu adanya pembahasan tentang proses
dalam masyarakat guna pemecahan masalah dalam masyarakat.
Proses
dalam bermasyarakat merupakan hasil dari interaksi-interaksi sosial antar
individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan
kelompok. Interaksi-interaksi sosial ini menyebabkan terjadinya perubahan
sosial dalam masyarakat. Perubahan sosial yang dialami oleh masyarakat sejak
jaman perbudakan sampai revolusi industri hingga sekarang secara mendasar dan
menyeluruh telah memperlihatakan pembagian kerja dalam masyarakat. Berdasarkan
hal tersebut maka diferensiasi sosial tidak hanya berarti peningkatan perbedaan
status secara horizontal maupun vertikal. Hal ini telah menarik para perintis
sosiologi awal untuk memperhatikan diferensiasi sosial, yang termasuk juga
stratifikasi sosial. Perbedaan yang terlihat di dalam masyarakat ternyata juga
memiliki berbagai macam implikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Status yang
diperoleh kemudian menjadi kunci akses ke segala macam hak-hak istimewa dalam
masyarakat yang pada dasarnya hak istimewa tersebut merupakan hasil dari
rampasan dan penguasaan secara paksa oleh yang satu terhadap yang lainya,
mendominasi dan didominasi, yang pada akhirnya merupakan sumber dari ketidaksamaan
di dalam masyarakat.
Dalam
kenyataan kehidupan sehari-hari, kenyataan itu adalah ketidaksamaan. Beberapa
pendapat sosiologis mengatakan dalam semua masyarakat dijumpai
ketidaksamaan di berbagai bidang misalnya saja dalam dimensi ekonomi: sebagian
anggota masyarakat mempunyai kekayaan yang berlimpah dan kesejahteraan hidupnya
terjamin, sedangkan sisanya miskin dan hidup dalam kondisi yang jauh dari
sejahtera. Dalam dimensi yang lain misalnya kekuasaan: sebagian orang mempunyai
kekuasaan, sedangkan yang lain dikuasai. Suka atau tidak suka inilah realitas
masyarakat, setidaknya realitas yang hanya bisa ditangkap oleh panca indera dan
kemampuan berpikir manusia. Pembedaan anggota masyarakat ini dalam sosiologi
dinamakan startifikasi sosial.
Secara
umum dapat kita pahami bahwa stratifikasi sosial yang terjadi pada zaman kuno
dan modern adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan membutuhkan sebuah
kajian yang berguna untuk menindak lanjuti dampak-dampak yang berasal dari
stratifikasi sosial dalam masyarakat. Dengan demikian, perlu untuk mempelajari
tentang masyarakat, stratifikasi sosial serta bagaimana stratifikasi sosial
tersebut dalam masyarakat.
A.
Pengertian
Masyarakat
1.
Koentjaraningrat
Masyarakat adalah
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas
bersama.
2.
Selo Soemardjan
Masyarakat
adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.
3.
Paul B. Horton & C. Hunt
Masyarakat
merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu
yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama
serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia
tersebut.
4.
J.L Gillin dan J.P Gillin
Masyarakat
adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap,
dan perasaan persatuan yang sama.
5.
Emile Durkheim
Masyarakat
adalah suatu sistem yang dibentuk dari hubungan antar anggota sehingga
menampilkan suatu realitas tertentu yang mempunyai ciri-cirinya sendiri.
6.
Karl Marx
Masyarakat
adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau
perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi
secara ekonomi.
Dari pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah manusia yang hidup bersama di
suatu wilayah tertentu dalam waktu yang cukup lama yang saling berhubungan dan
berinteraksi dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan
yang sama.
B.
Stratifikasi
Sosial
Per
definisi, stratifikasi sosial adalah sebuah konsep yang menunjukkan
adanya pembedaan atau pengelompokan suatu kelompok sosial (komunitas)
secara bertingkat. Misalnya: dalam komunitas tersebut ada strata tinggi, strata
sedang dan strata rendah. Pembedaan atau pengelompokan ini didasarkan
pada adanya suatu simbol -simbol tertentu yang dianggap berharga atau bernilai
baik berharga atau bernilai secara sosial , ekonomi, politik,
hukum, budaya maupun dimensi lainnya dalam suatu kelompok
sosial (komunitas). Simbol -simbol tersebut misalnya, kekayaan,
pendidikan, jabatan, kesalehan dalam beragama, dan pekerjaan. Dengan kata lain,
selama dalam suatu kelompok sosial (komunitas) ada sesuatu yang dianggap
berharga atau bernilai, dan dalam suatu kelompok sosial (komunitas) pasti ada
sesuatu yang dianggap berharga atau bernilai, maka selama itu pula akan ada
stratifikasi sosial dalam kelompok sosial (komunitas) tersebut. Secara
sosiologis jika dilacak ke belakang konsep stratifikasi sosial memang
kalah populer dengan istilah kelas sosial, dimana istilah
kelas sosial pada awalnya menurut diperkenalkan pertama kali
oleh penguasa Romawi Kuno. Pada waktu itu, istilah kelas sosial digunakan
dalam konteks penggolongan masyarakat terhadap para pembayar pajak. Ketika itu
ada dua masyarakat, yaitu masyarakat golongan kaya dan miskin.
1.
Pengertian
Stratifikasi Sosial
Dalam masyarakat manapun bisa kita
temui berbagai golongan masyarakat yang pada praktiknya terdapat pebedaan
tingkat antara golongan satu dengan golongan yang lainnya. Adanya golongan yang
berlapis-lapis ini mengakibatkan terjadinya srtatifikasi sosial. Oleh karena
itu dalam ilmu sosiologi dibahas mengenai lapisan-lapisan masyarakat atau yang
biasa disebut dengan stratifikasi sosial.
Susunan berlapis-lapisan dalam
masyarakat, dalam ilmu sosiologi disebut dengan “sosial stratification”
atau stratifikasi Sosial. Kata Stratification berasal dari
kata “Stratum”, jamaknya Strata yang berarti “lapisan atau
berlapis-lapis”. Pitirim A. Sorokin menyatakan
bahwa ”Sosial stratification” adalah pembedaan penduduk kedalam
kelas-kelas secara bertingkat (secara hierarkhis). Perwujudannya adalah adanya
kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah. Menurut Sorokin, dasar
dan inti dari lapasan-lapisan dalam masyarakat adalah tidak adanya keseimbangan
dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban, dan tanggung-jawab nilai-nilai
sosial dan pengaruhnya diantara anggota masyarakat.
Menurut Drs. J.
B. Mayor menyebutkan bahwa Stratifikasi Sosial adalah sejumlah orang-orang yang
statusnya sama menurut penilaian sosial dinamakan suatu ”lapisan” atau stratum,
dan gejala bahwasnnya masyarakat tergolong menurut strata disebutnya
Stratifikasi. Masyarakat yang berstratifikasi serimg dikiaskan dengan gambar
sebuah limas yang berlapisan, karena lapisan bawahan adalah lapisan lebar dan
lapisan menjadi lebih sempit keatas.
P.J. Bouman
menggunakan istilah tingkatan atau dalam bahasa belanda disebut stand,
yaitu golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran
akan beberapa hak istimewa tertentu dan menurut gengsi kemasyarakatan. Istilah
stand juga dipakai oleh Max Weber.
Dalam kamus ilmiah populer kata ”stratifikasi” berarti letak
berlapis-lapis; hal menyusun secara bertingkat atau berlapis, lapisan;
klasifikasi masyarakat berdasarkan kedudukan tingkat sosial. Jadi bisa disimpulkan bahwa stratifikasi
sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas
tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah (hierarkis).
2.
Sifat-Sifat
Stratifikasi Sosial
Lapisan-lapisan sosial atu stratifikasi sosial dalam masyarakat
bersifat:
a)
Closed Sosial Stratification ( Lapisan-lapisan Sosial yang tertutup
)
Di dalam lapisan-lapisan Sosial yang
tertutup, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota dari suatu lapisan dalam
masyarakat adalah karena kelahiran (keturunan) dalam lapisan-lapisan Sosial
yang tertutup dengan jelas di lihat dalam masyarakat India yang berkasta,
masyarakat Bali, dan didalam masyarakat feodal serta dalam masyarakat dimana
terdapat perbedaan-perbedaan rasial.
b)
Open Sosial Stratification ( Lapisan-lapisan Sosial yang terbuka)
Di dalam stratifikasi sosial yang bersifat
terbuka, sifat individu, anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha
dengan kecakapan sendiri (prestasi) untuk naik lapisan atau bagi mereka yang
beruntung (tak berprestasi) jatuh dari lapisan yang atas kelapisan dibawahnya. Pada umumnya sistem terbuka ini memberi perangsang yang lebih besar kepada
sikap anggota masyarakat untuk memperkembangkan kecakapannya/ prestasinya,
karena itu sistem tersebut sesuai untuk dijadikan landasan pembangun
masyarakat.
c)
Lapisan-lapisan Sosial yang sengaja disusun
Bahwa didalam masyarakat ada lapisan-lapisan
sosial yang sengaja disusun atau dibentuk yaitu ada dalam suatu organisasi
formil.
3.
Sistem dan
Dimensi Stratifikasi Sosial
Sistem stratifikasi sosial berpokok pada pertentangan
dalam masyarakat. Dengan demikian sistem stratifikasi sosial hanya mempunyai
arti yang khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu yang menjadi obyek
penyelidikan. Dalam sistem stratifikasi sosial dapat dianalisa dalam ruang
lingkup unsur-unsur sebagai berikut:
a) Distribusi
hak-hak istimewa yang obyektif seperti misalnya kekayaan.
b) Sistem yang
diciptakan oleh masyarakat yaitu sebuah prestige (wibawa) dan penghargaan.
c) Kriteria sistem
pertentangan baik yang terjadi pada individu maupun kelompok.
d) Lambang-lambang
kehidupan seperti tingkahlaku hidup, cara berpakaian.
e) Solidaritas
diantara individu maupun kelompok yang terjadi dari interaksi, kesadaran akan
kedudukan masing-masing individu maupun kelompok, dan aktifitas.
Bentuk-bentuk
stratifikasi sosial: suatu pelapisan sosial itu terjadi berdasarkan suatu
kriteria tertentu, dan dengan berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, maka
dapatlah bentuk-bentuk strata sosial antara lain sebagai berikut:
a) Kriteria
biologis
i.
Menurut jenis kelaminnya, maka ada
laki-laki, perempuan, dan waria
ii.
Menutut umurnya, maka ada anak-anak,
remaja, dewasa, dan tua
b) Kriteria Geografis /
Territorial
Dapat digolongkan atas:
masyarakat desa, masyarakat kota (kota kecil, kota madya, dan kota besar)
c) Kriteria Ekonomis
Yaitu berdasarkan hak milik penduduk,
maka terdapat stratifikasi Sosial dalam tiga kelas, yaitu kelas ekonomi
tinggi, menengah, dan rendah
d) Kriteria Status/Jabatan
Berdasarkan kriteria jabatan
terdapatlah lapisan-lapisan:
i.
Golongan Status Sosial Tinggi
ii.
Golongan Status Sosial Menengah
iii.
Golongan
Status Sosial Rendah
iv.
Golongan bukan pegawai / pejabat
e) Kriteria Politis
Dalam kriteria politis, yang utama
adalah golongan yang menganut aliran politik, yaitu anggota partai politik dan
gerakan masa, yang lain adalah golongan non partai.
Dari golongan partai politik
terdapat Strata Sosial :
i.
Golongan pemegang kekuasaan politik
tingkat pusat (pemimpin pusat) berkedudukan di ibu kota negara
ii.
Golongan pemegang kekuasaan politik
tingkat daerah
iii.
Golongan pimpinan Partai tingkat
Cabang
Stratifikasi Sosial yang
berdasarkan status jabatan/politik, terdapatlah heirrakhi, yakni urutan
tingkatan dari yang paling atas sampai pada yang paling bawah.
Dimensi Stratifikasi Sosial modern
terbagi menjadi tiga golongan , yakni golongan tinggi, menengah, dan rendah.
f) Kriteria Kehormatan
Ukuran kehormatan, terlepas dari ukuran
kekayaan / kekuasaan. Orang yang paling disegani karena kelebihannya,
dihormati,dan mendapat tempat teratas. Ukuram semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat
tradisional, pada golongan tua atau orang yang pernah berjasa kepada masyarakat
g) Kriteria Ilmu
Pengetahuan/Pendidikan .
Kriteria atas dasar Pendidikan tedapat
Strata Sosial :
i.
Golongan yang berpendidikan tinggi
ii.
Golongan yang berpendidikan
menengah
iii.
Golongan yang berpendidikan rendah
h) Kriteria Agama
Dilihat dari segi agama, dalam masyarakat
terdapat lapisan-lapisan yang berdasarkan keagamaan. Misalnya:
i.
Golongan orang Islam
dan bukan Islam
Golongan islam dibedakan menjadi
golongan islam mendalam dan yang masih dangkal.
Golongan bukan islam dibedakan menjadi
golongan penganut budha, hindu, katholik, dan protestan.
ii.
Golongan Atheis, adalah
golongan orang-orang yang belum mempunyai sesuatu keyakinan keagamaan, sikap
hidupnya kurang menyadari nilai-nilai kemanusiaan atua norma-norma sosial.
i)
Kriteria Marxisme
Terdapat dua macam kelas, yakni kelas
borjuis (pemegang kapital) dan kelas buruh proletar (buruh yang hanya bermodal
tenaga kerja saja).
C.
Stratifikasi
Sosial dalam Masyarakat
Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, bisa
berupa kepandaian, kekayaan, kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan
masyarakat dan sebagainya. Selama manusia membeda-bedakan penghargaan terhadap
sesuatu yang dimiliki tersebut, pasti akan menimbulkan lapisan-lapisan dalam
masyarakat. Semakin banyak kepemilikan, kecakapan masyarakat/seseorang terhadap
sesuatu yang dihargai, semakin tinggi kedudukan atau lapisannya. Sebaliknya
bagi mereka yang hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak memiliki sama
sekali, maka mereka mempunyai kedudukan dan lapisan yang rendah.
Seseorang yang mempunyai tugas sebagai pejabat atau ketua
atau pemimpin pasti menempati lapisan yang tinggi dari pada sebagai anggota
masyarakat yang tidak mempunyai tugas apapun. Karena penghargaan terhadap jasa
atau pengabdiannya seseorang bisa pula ditempatkan pada posisi yang tinggi,
misalnya pahlawan, pelopor, penemu, dan sebagainya. Dapat juga karena keahlian
dan ketrampilan seseorang dalam pekerjaan tertentu dia menduduki posisi tinggi
jika dibandingkan dengan pekerja yang tidak mempunyai ketrampilan apapun.
1.
Sebab-Sebab
Terjadinya Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat
Secara teoritis, semua manusia dapat
dianggap sederajat. Akan tetapi, sesuai dengan kenyataan hidup
berkelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demikian. Pembedaan atas lapisan
merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap
masyarakat. Untuk meneliti terjadinya proses-proses lapisan
masyarakat,pokok-pokok sebagai berikut dapat dijadikan pedoman :
a)
Sistem
lapisan mungkin berpokok pada sistem pertentangan dalam masyarakat. Sistem
demikian hanya mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu
yang menjadi objek penyelidikan.
b) Sistem lapisan dapat dianalisis
dalam ruang lingkup unsur-unsur antara lain:
i.
Distribusi
hak-hak istimewa yang objektif seperti misalnya; penghasilan, kekayaan,
keselamatan, (kesehatan, laju angka kejahatan) wewenang dan sebagainya.
ii.
Sistem
pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat (prestise dan penghargaan).
iii.
Kriteria
sistem pertentangan, yaitu apakah didapat berdasarkan kualitas pribadi,
keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik wewenang atau kekuasaan.
iv.
Lambang-lambang
kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan, keanggotaan
pada suatu organisasi
v.
Mudah
atau sukarnya bertukar kedudukan
vi.
Solidaritas
diantara individu-individu atau kelompok-kelompok yang menduduki kedudukan yang
sama dalam sistem sosial masyarakat seperti;
-
Pola-pola
interaksi-interaksi (struktur klik, keanggotaan organisasi, perkawinan dan
sebagainya)
-
Kesamaan
atau ketidaksamaan system kepercayaan, sikap dan nilai-nilai
-
Kesadaran
akan kedudukan masing-masing
-
Aktivitas
sebagai organ kolektif
Stratifikasi sosial terjadi melalui
proses sebagai berikut:
a) Terjadinya secara otomatis, karena
faktor-faktor yang dibawa individu sejak lahir. Misalnya: Kepandaian, usia,
jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam
masyarakat.
b) Terjadinya dengan sengaja untuk
tujuan bersama dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi
dalam organisasi-organisasi formal, Seperti Pemerintah, Partai politik,
Perusahaan, Perkumpulan, Angkatan Bersenjata.
c) Stratifikasi dapat terjadi dengan
sendirinya sebagai bagian dari proses pertumbuhan masyarakat, juga dapat
dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama. Faktor yang menyebabkan stratifikasi
sosial dapat tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia, sistem
kekerabatan, dan harta dalam batas-batas tertentu.
2.
Dampak
Stratifikasi Sosial pada Kehidupan Masyarakat
Pengaruh atau dampak stratifikasi sosial pada kehidupan masyarakat
sangat besar dan berpengaruh. Karena dengan kelas sosial yang ada akan
menyediakan masyarakat dengan apa yang mereka butuhkan. Stratifikasi sosial
dalam masyarakat digambarkan mengerucut atau seperti piramida, hal ini
disebabkan semakin tinggi kelas sosial, semakin sedikit pula jumlah yang
menempatinya.
Adapun dampak stratifikasi sosial pada dalam kehidupan masyarakat adalah:
Adapun dampak stratifikasi sosial pada dalam kehidupan masyarakat adalah:
a)
Orang yang
menduduki kelas sosial yang berbeda akan memiliki kekuasaan, privelese, dan
prestise yang berbeda pula, dalam artian akan menciptakan sebuah perbedaan
status sosial
b)
Kemungkinan
timbulnya proses sosial yang disosiatif berupa persaingan, kontravensi, maupun
konflik
c)
Penyimpangan
perilaku karena kegagalan atau ketidak mampuan mencapai posisi tertentu.
Kejahatan tersebut dapat berupa alkoholisme, korupsi, kenakalan remaja dan lain
sebagainya
d)
Konsentrasi
elite status, yaitu pemusatan kedudukan yang penting pada golongan tertentu,
misalnya kolusi.
Dari
penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa stratifikasi sosial dan
manyarakat memiliki hubungan yang sangat erat. Hal ini di sebabkan selama
terdapat sesuatu hal yang dianggap bernilai dan berharga maka selama itulah akan
timbul stratifikasi sosial dalam
kehidupan bermasyarakat, dimana hal tersebut mengakibatkan dampak yang buruk pada
masyarakat dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.