Translate

Sabtu, 15 November 2014


KARYA ILMIYAH

OBSERVASI PENELITIAN, MIKROSKOPIS, SERTA PEWARNAAN SEL DAN JARINGAN

Oleh : Moh. Farid Muarrof
       


Abstrak
Dalam melakukan penelitian pasti ada tahap yang dilakukan yang disebut dengan observasi. Suatu kegiatan dengan memperhatikan secara akurat inilah yang disebut dengan observasi. Kebanyakan penelitian ketika melakukan observasi ini menggunakan mikroskop untuk mendapatkan informasi secara menditail khususnya pada bidang biologi. Mikroskop sering digunakan untuk mengamati sel dan jaringan makhluk hidup. Oleh karena itu dalam proses pengamatan sel dan jaringan membutuhkan teknik pewarnaan atau staining untuk mempermudah pengamatannya. Dengan warna yang mudah dilihat akan menjadikan peneliti bisa menidentifikasi organel – organel yang ada didalamnya.

1.      Pendahuluan
A.    Latar belakang
Penelitian merupakan suatu proses dimana seseorang mencari jawaban dari suatu pertanyaan yang timbul dalam dirinya. Penelitian juga digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh orang banyak. Penelitian dilakukan dengan mengikuti tahap – tahapan tertentu. Tahapan dalam penelitian tersebut diawali dengan adanya masalah yang ingin diteliti dan akhirnya masalah itu dapat  disimpulkan atau dirumuskan. Dari kesimpulan atau rumusan itulah orang banyak akan dapat menikmatinya. Dalam melakukan penelitian, ada tahap obervasi yang juga termasuk dalam tahapan penelitian. Dimana observasi juga bisa disebut dengan pangamatan secara langsung untuk pengumpulan data penting dalam penelitian. Proses pengamatan yang dilakukan adalah dengan cara peneliti langsung ikut serta dalam mencari data di lapangan. Dalam melakukan penelitian khususnya dalam bidang biologi, peneliti sering menggunakan alat yang bernama mikroskop.
Mikroskop ini digunakan untuk melihat benda – benda kecil yang tidak dapat dilihat oleh mata kasar, dalam hal ini akan di jelaskan tentang sel dan jaringan. Semua sel dan jaringan berbentuk kecil sehingga dalam penelitianya membutuhkan mikroskop sebagai alat untuk membantu dalam mengamatinya. Dan untuk mempermudah jalannya pengamatan dengan menggunakan mikroskop, maka dalam penelitian perlu juga adanya proses pewarnaan pada objek tertentu untuk memperjelas objek yang akan diamati seperti pada sel dan jaringan. Dengan adanya tahapan tersebut, penulis tertarik untuk membuat artikel ilmiah dengan judul “ Observasi Penelitian, Mikroskopis, serta Pewarnaan Sel dan Jaringan “. Karya ilmiah ini akan memberikan sedikit penjelasan tentang suatu proses dalam penelitian tentang sel dan jaringan.

B.     Rumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas, timbul beberapa persoalan yang penulis rumuskan untuk mendapatkan pembahasan lebih lanjut, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:
1.      Apa yang dimaksud dengan observasi penelitian?
2.      Apa yang dimaksud dengan mikroskopis?
3.      Bagaiman cara melakukan pewarnaan sel dan jaringan?

C.    Tujuan
Berdasarkan batasan masalah dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin di capai dalam penulisan laporan ini antara lain:
1.      Untuk mengetahui tentang observasi penelitian
2.      Untuk mengetahui tentang mikroskopis
3.      Untuk mengetahui tentang cara  pewarnaan sel dan jaringan

2.      Sub topic
A.    Observasi Penelitian
Dalam melakukan penelitian, seseorang pasti akan menggunakan metode dalam penelitiannya. Metode tersebut adalah metode ilmiah, jika dalam bahasa inggris metode ini bisa di sebut dengan “scientific method” yaitu metode yang terdiri dari merumuskan masalah, melakukan observasi, membuat hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisis hasil eksperimen, membuat kesimpulan, dan mempublikasikan hasil penelitian. Dari tahap – tahapan tersebut Istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang artinya ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi ditujukan pada suatu kegiatan dengan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungannya dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi ini dapat berlangsung dalam konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah. Dalam arti luas, observasi juga bisa dilakukan dengan cara tidak langsung seperti questionnaire dan tes. Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan atau mencari informasi tentang sesuatu hal yang ingin diketahui. Deskripsi harus kuat, faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan. Dalam melakukan observasi, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dan masing – masing akan sesuai untuk keadaan – keadaan tertentu. Teknik tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Observasi partisipan
Observasi partisipan merupakan suatu observasi dimana orang yang melakukan observasi ikut ambil bagian dalam kehidupan observer (objek observasi). Lebih jelasnya, peneliti merupakan bagian dari kelompok yang ditelitinya, misalnya ia termasuk suku bangsa, ia merupakan anggota perkumpulan, atau ia menjadi pekerja dalam perusahaan yang diselidikinya dan sebagainya.  Teknik ini pada umumnya di gunakan untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Teknik ini digunakan ntuk menyelidiki satuan – satuan sosial yang besar karena dalam penelitian memungkinkan peneliti untuk berkomunikasi secara leluasa tentang sesuatu yang penting dengan rinci kapada observer sehingga akan banyak informasi yang akan didapatkan. Kekurangan dari teknik ini adalah adanya kemungkinan besar peneliti terlalu terlibat dalam situasi tertentu, sehingga prosedur yang diikutinya tidak dapat diulangi dan di-chek kebenaranya oleh peneliti lain. Dengan katerlibatanya dalam situasi, mungkin ia tidak dapat melihat secara tajam dan jelas lagi hal – hal yang khas yang harus diamati dan ditulis. Karena mungkin hal – hal tersebut manjadi hal yang sudah biasa dan lumrah.
a.       Metode Observasi
Permasalahan tentang metode observasi sama sekali tidak dapat dilepaskan dari tujuan penelitian yang hendak diselenggarakan. Observer perlu memusatkan perhatiannya pada apa yang sudah diterangkan dalam pedoman observasi (observation guide) dan tidak terlalu insidental dalam observasi-observasinya.
b. Waktu dan Bentuk Pencatatan
Masalah kapan dan bagaimana peneliti mengadakan pencatatan adalah masalah yang penting dalam observasi partisipan. Sudah dapat dipastikan bahwa pencatatan dengan segera terhadap kejadian - kejadian dalam situasi interaksi merupakan hal yang terbaik yang bisa dilakukan oleh peneliti.
2.      Observasi sistematik
Observasi  sistematik dapat disebut juga dengan observasi kerangka. Ciri utama dari observasi sisitematik adalah kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah di atur kategorisasinya lebih dulu dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu.
a.       Materi Observasi
Isi dan luas situasi yang akan diobservasi dalarn observasi sistematik umumnya lebih terbatas. Sebagai alat untuk penelitian desicriptif, peneliti berdasarkan pada perumusan-perumusan yang lebih khusus. Wilayah atau scope observasinya sendiri dibatasi dengan tegas sesuai dengan tujuan dan penelitian, bukan situasi kehidupan masyarakat seperti pada observasi partisipan yang umumnya digunakan dalam penelitian eksploratif.
Perumusan-perurnusan masalah yang hendak diselidikipun sudah dikhususkan, misalnya hubungan antara pengikut, kerjasama dan persaingan, prestasi be1aar, dan sebagainya. Dengan begitu kebebasan untuk memilih apa yang diselidiki sangat terbatas. Ini dijadikan ciri yang membedakan observasi sistematik dan observasi partisipan.
b.      Cara - Cara Pencatatan
Persoalan – persoalan yang telah dirumuskan secara teliti memungkinkan jawaban, respons, atau reaksi yang dapat dicatat secara teliti pula. Ketelitian yang tinggi pada prosedur observasi inilah yang memberikan kemungkinan pada peneliti untuk mengadakan “kuantifikasi” terhadap hasil-hasil penyelidikannya. Jenis-jenis gejala atau tingkah laku tertentu yang timbul dapat dihitung dan ditabulasikan. Ini nanti akan sangat memudahkan pekerjaan analisis hasil.
3.      Observasi eksperimental
Teknik observasi ini dapat dilakukan dalam lingkup alamiah atau natural ataupun dalam lingkup experimental. Dalam observasi ekperimantal, observer atau peneliti rnengamati kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan perilaku-perilaku observe atau objek penelitian dalam lingkup natural, yaitu kejadian, peristiwa, atau perilaku murni tanpa adanya usaha untuk mengontrol. Observasi eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang relatif murni, untuk menyeidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia. Hali ini disebabkan karena faktor yang mempengaruhi tingkah laku observe atau objek penelitian telah dikontrol dengan sebaik mungkin, sehingga tersisa beberapa faktor yang akan diamati pengaruhnya terhadap perilaku yang diberikan.
Ciri-ciri penting dari observasi eksperimental adalah sebagai berikut :
·         Observer akan dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk semua observee.
·         Situasi dibuat sedemikian rupa, untuk memungkinkan timbulnya variasi tingkah laku yang akan diamati oleh observee.
·         Situasi dibuat sedemikian rupa, sehingga observee tidak tahu maksud yang sebenarnya dari observasi.
·         Observer atau peneliti membuat catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara observee mengadakan aksi reaksi, bukan hanya jumlah aksi reaksi semata.
Untuk melakukan observasi secara sistematis, peneliti harus memiliki latar belakang atau pengetahuan yang luas tentang objek penelitian, mempunyai dasar teoritis dan dan sikap yang objektif. Peneliti ketika melakukan penelitian tidak boleh sekedar datang dan mencatat segala apa yang dilihatnya, tetapi peneliti juga harus memperhatikan lingkungan sekitar supaya tidak merasa terganggu atas kedatangan peneliti. Dalam melakukan observasi, peneliti hal – hal yang harus diperhatikan adalah :
1.      Mengetahui objek yang akan diteliti. Hal ini penting untuk ditentukan, karena akan mengfokuskan peneliti kepada tujuan awal penelitian.
2.      Mengetahui tempat observasi yang akan dilakukan. Tempat observasi harus memiliki objek yang berbeda dengan objek yang ada di tempat lain untuk diteliti, seperti keadaan lingkungan dan ciri anggota kelompok  yang berbeda.
3.      Mengetahui data yang akan diambil dari observasi tersebut. Dalam tahap ini memungkinkan observasi yang dilakukan kurang memadai sehingga perlu kelengkapan dari metode lain seperti wawancara dan angket.
4.      Mengetahui metode atau cara dalam pengambilan data. Dalam pengambilan data, peneliti harus melakukanya dengan sangat hati – hati untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan terjadi dalam penelitian.
5.      Mengetahui cara mencatat hasil observasi. Bisaanya alat yang digunakan adalah kamera, taperecorder, atau alat mekanis lainya. Sebaiknya hasil observasi segera dicatat setelah observasi dilakukan, karena meminimalisir sifat lupa dan akan mengurangi informasi yang didapatkan.

B.     Mikroskop
Mikroskop adalah alat yang memungkinkan seseorang untuk bisa mengamati dan mempelajari struktur terkecil sebuah benda atau tubuh mikroorganisme yang tidak bisa dilihat dengan mata kasar.  Kata mikroskop sendiri berasal dari dua kata dari bahasa yunani yaitu micros dan scopein. Micros memiliki arti kecil sedangkan scopein memiliki arti melihat. Secara sederhana mikroskop dapat diartikan sebagai alat untuk melihat benda - benda kecil. Mikroskop ini pertama kali di temukan oleh Thonius Philips Van Leewenhoek pada tahun 1632. Awal mula di temukan, mikroskop hanya dapat mencapai perbesaran 200 kali lipat. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman dalam bidang penelitian, mikroskop mengalami perkembangan dan mengalami penyempurnaan sesuai dengan fungsinya. Ada beberapa macam mikroskop yang dapat diketahui secara umum yaitu sebagai berikut :
1.      Mikroskop cahaya :
Mikroskop ini memiliki dua jenis lensa yaitu lensa okuler dan lensa objektif. Cara kerjanya dibantu dengan pantulan cahaya sehingga menembus obyek dan memiliki perbesaran sampai 1000 kali. Lensa obyektif berfungsi untuk pembentukan bayangan pertama dan menentukan struktur serta bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir serta berkemampuan untuk memperbesar bayangan obyek. Lensa okuler, adalah lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung berdekatan dengan mata pengamat, dan berfungsi untuk memperbesar.
2.      Mikroskop binokuler :
Mikroskop ini juga bisa disebut dengan mikroskop stereo. Mikroskop binokuler adalah Alat yang  digunakan untuk pengamatan benda-benda yang tidak terlalu besar, transparan atau tidak, penyinaran dapat diberikan dari atas ataupun dari bawah dengan sinar alam atau sinar lampu. Mikroskop binokuler memiliki dua buah lensa yaitu lensa objektif dan lensa okuler, sehingga dapat diperoleh bayangan tiga dimensi dengan pengamatan kedua belah mata. Mikroskop ini dapat memperjelas rincian permukaan obyek sampai perbesaran bayangan obyek 30 kali
3.      Mikroskop elektron :
 Mikroskop ini memiliki daya resolusi yang sangat tinggi dan memiliki perbesaran obyek sampai jutaan kali. Bayangan obyek ini dilihat dengan menggunakan layar monitor.  Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energy dan radiasi elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya.

4.      Scanning electron microscope :

SEM (Scanning Electron Microscope) adalah salah satu jenis mikroscop electron yang menggunakan berkas electron untuk menggambarkan bentuk permukaan dari material yang dianalisis
Mikroskop ini digunakan untuk studi detail arsitektur permukkan sel atau struktur jasad renik dan obyek dapat diamati secara tiga dimensi.




Untuk pembagiannya, mikroskop ada banyak jenis yang dapat dipahami yaitu :
1.      Berdasarkan jumlah lensanya
a.       Mikroskop lensa okuler atau mikroskop lensa tunggal, mikroskop ini merupakan jenis mekroskop yang pertama kali ditemukan.
b.      Mikroskop multilensa, mikroskop jenis ini merupakan mikroskop yang dikembangkan dari mikroskop lensa okuler.
2.      Berdasarkan sumber cahayanya
a.       Mikroskop cahaya, mikroskop ini memiliki perbesaran sampai 1000 kali lipat. Mikroskop ini tersusun atas 3dimensi lensa yaitu lensa objektif, lensa okuler dan lensa kondensor. Lensa obyektif berfungsi sebagai pembentuk bayangan pada tingkatan pertama yaitu menentukan susunan serta bagian obyek yang diteliti. Lensa okuler berfungsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan atau dibentuk oleh lensa obyektif. Lensa kondensor berfungsi untuk menerangi obyek yang akan diamati serta menerangi lensa lainya.
b.      Mikroskop electron, mikroskop ini dapat mengamati obyek hingga perbesaran obyek 2 juta kali. Mikroskop ini sangat luar bisaa karena mikroskop ini dapat menampilkan gambar lebih jelas dan lebih sempurna dari pada jenis mikroskop yang lainya.
3.      Berdasarkan tingkat kerumitan obyek
a.       Mikroskop sederhana, mikroskop jenis ini merupakan miikroskop yang pada umumnya digunakan di laboratorium sekolah.
b.      Mikroskop riset, mikroskop jenis ini merupakan mikroskop yang digunakan para ahli dalam melakukan penelitian.
Dari jenis – jenis mikroskop tersebut, masih ada beberapa jenis mikroskop yang lain seperti mikroskop digital, yaitu mikroskop yang dapat langsung tersambung dengan perangkat komputer. Mikroskop pendar, yaitu mikroskop yang dapat digunakan untuk mengamati benda asing atau antigen yang ada pada jaringan. Mikroskop medan gelap, yaitu mikroskop yang digunakan untuk mengamati bakteri yang masih hidup dan memiliki struktur tubuh yang tipis. Mikroskop ultraviolet, yaitu mikroskop yang menggunakan cahaya ultraviolet sehingga daya pisah obyek dapat di tingkatkan sampai dua kali lipat dari mikroskop lainya.
Cara Menggunakan Mikroskop Cahaya Sebelum melakukan praktikum maka perlu peneliti memperhatikan langkah-langkah berikut:

1.      meletakkan mikroskop di atas meja dengan cara memegang lengan mikroskop sedemikian rupa sehingga mikroskop berada persis di hadapan pemakai atau peneliti !

2.      memutar revolver sehingga lensa obyektif dengan perbesaran lemah berada pada posisi satu poros dengan lensa okuler yang ditandai dengan bunyi klik pada revolver

3.      Mengatur cermin dan diafragma untuk melihat kekuatan cahaya masuk, hingga dari lensa okuler tampak terang berbentuk bulat (lapang pandang).

4.      Menempatkan preparat pada meja benda tepat pada lubang preparat dan menjepitnya dengan penjepit obyek atau benda!

5.      Mengatur fokus untuk memperjelas gambar objek dengan cara memutar pemutar kasar, dengan melihat dari lensa okuler.
Untuk mempertajam gambar, peneliti dapat memutar pemutar halus

6.      Setelah menemukan bayangan objek, maka untuk memperbesar gambar dapat diganti dengan lensa obyektif dengan ukuran dari 10 X, 40 X atau 100 X dengan cara memutar revolver hingga berbunyi klik.

7.      Setelah selesai menggunakan, mikroskop dibersihkan dan disimpan pada tempat yang tidak lembab.
Dalam menggunakan mikroskop, ada beberapa hal yang harus di perhatikan oleh pengguna yaitu :
1.      Pengguna harus selalu membawa mikroskop dengan menggunakan dua tangan.
2.      Bila menggunakan preparat harus basah, tabung mikroskop selalu dalam keadaan tegak, dan meja dalam  keadaan datar. Hal ini berlaku untuk mikroskop dengan tabung tegak, hal tidak berlaku untuk mikroskop dengan tabung miring
3.      Preparat basah harus selalu ditutup dengan gelas penutup ketika dilihat di bawah mikroskop
4.      Selalu menjaga kebersihan lensa - lensa mikroskop termasuk cermin.
5.      Bila ada bagian mikroskop yang bekerja kurang baik atau hilang segera laporkan kepada laboran.
6.      Tidak dibenarkan melepas lensa - lensa mikroskop dari tempatnya.
7.      Setelah selesai menggunakan mikroskop, pasang lensa objektif dengan  Perbesaran paling rendah pada kedudukan lurus ke bawah.
Setelah pemakaian mikroskop, pengguna juga harus menyimpanya ditempat yang benar dan aman. Beberapa cara menyimpan mikroskop adalah sebagai berikut :
1.      Mikroskop harus disimpan di tempat sejuk, kering, bebas debu dan bebas dari uap asam dan basa.Tempat penyesuaian yang sesuai ialah kotak mikroskop yang dilengkapi dengan silica gel, yang bersifat higroskopis, sehingga lingkungan sekitar mikroskop tidak lembab. Selain itu dapat pula diletakkan dalam lemari yang diberi lampu untuk mencegah tumbuhnya jamur, atau seperti gambar dibawah ini .
2.      Bagian mikroskop non optik, terbuat dari logam atau plastik, dapat dibersihkan dengan menggunakan kain fanel. Untuk membersihkan debu yang terselip di bagian mikroskop tersebut dapat digunakan kuas kecil atau kuas lensa kamera.
3.      Lensa-lensa mikroskop (okuler, objektif, dan kondensor) dibersihkan dengan menggunakan tisue lensa yang diberi alkohol 70%. Jangan sekali-kali membersihkan lensa menggunakan sapu tangan atau lap kain.
4.      Sisa minyak imersi pada lens objektif dapat dibersihkan dengan xilol (xylene). Pada penggunaan xilol haruslah hati-hati, jangan sampai cairan xilol menempel pada bagian mikroskop non optik, karena akan merusak cat atau merusak bahan plastik, dan juga jangan menggunakan larutan ini kebagian lensa yang lain kecuali produsennya menyatakan bahwa tindakan tersebut aman.
5.      Sebelum menyimpan mikroskop, bersihkan selalu mikroskop tersebut, terutama hapus semua minyak imersi di permukaan lensa, sehingga partikel yang halus tidak menempel dan menggumpal serta mengering. Minyak dan partikel halus pada lensa dapat mengaburkannya dan menyebabkan goresan. Hal ini menurunkan kemampuan lensa. Preparat yang tertinggal di atas meja mikroskop merupakan pertanda jelas suatu kelalaian/kecerobohan.
6.      Sebelum menyimpan mikroskop, meja mikroskop diatur lagi dan lensa objektif dijauhkan dari meja preparat dengan memutar alat penggeraknya ke posisi semula, kondensor diturunkan kembali, lampu dikecilkan intensitasnya lalu dimatikan (kalau mikroskop listrik).

C.    Pewarnaan sel dan jaringan
Pewarnaan atau bisa disebut dengan stainning adalah teknik  pemberian warna pada sel dan jaringan untuk mempermudah pengamatan dengan menggunakan mikroskop. Zat warna yang digunakan untuk teknik pewarnaan  harus memiliki syarat tertentu yaitu senyawa organik kompleks yang mempunyai (warna), dapat dipertahankan dalam jaringan atau sel, dan terdiri dari gugus chromophore. Setiap sel atau komponen yang ada dalam sel memilliki sifat - sifat khusus dalam mewarnai jaringan atau sel dan memilki afinitas terhadap zat warna yang berbeda dengan yang lainya. Dua macam zat warna dengan sifat yang sama dapat mempengaruhi atau memberi kemampuan yang tidak sama dalam mewarnai satu macam jaringan sehingga perlu untuk mengenali setiap bagian dari sel dan mengenali setiap zat warna yang akan digunakan dalam teknik pewarnaan.
Pembagian zat warna dalam teknik pewarnaan berdasarkan sifatnya ada dua yaitu zat warna asam, misalnya acid fuchsin dan eosin serta zat warna basa, misalnya hematoxylin dan basic fuchsin. Sedangkan zat warna berdasarkan asalnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu zat warna alam, zat warna ini dapat diperoleh dari tumbuhan atau hewan, misalnya hematoxylin dari tumbuhan dan carmin dan kokineal dari hewan serta zat warna sintetis, yaitu zat warna yang dibuat di pabrik, misalnya basic fuchsin. Selain itu, pewarnaan atau stainning juga dapat dilakukan untuk jenis bakteriologi. Pewarnaan yang dilakukan bertujuan untuk memudahkan dalam mengidentifikasi bakteri, pewarnaan tersebut adalah :
1.      Pewarnaan sederhana
Pewarnaan sederhana juga bisa disebut dengan pewarnaan positif. Pewarnaan ini bertujuan untuk mempelajari kegunaan pewarnaan untuk mempertinggi kontras antara sel dan sekelilingnya serta untuk mengamati cirri - ciri bakteri. Pada pewarnaan sederhana, bakteri diwarnai oleh reagen tunggal. Pewarna dasar dengan kromogen muatan positif disarankan untuk memperhatikan lamanya waktu pewarnaan yang tergantung pada jenis pewarna yang digunakan selama asam nukleat bakteri dan komponen dinding sel membawa muatan negatif yang menyerap dengan kuat dan mengikat kation kromogen. Untuk karbol fuchsin membutuhkan  waktu sekitar 15-30 detik, Kristal violet membutuhkan waktu sekitar 2-60 detik, dan Methilen Blue yang membutuhkan waktu sekitar 1-2 menit. Bahan yang dibutuhkan adalah biakan pada agar nutrient miring yang berumur 24 jam seperti bakteri Escherichia coli, Bacillus cereus, dan staphylococcus aureus. Reagensia pada pewarnaan sederhana adalah Methylen Blue, Kristal violet, dan Karbol Fuchsin.
2.      Pewarnaan Negatif
Pewarnaan negatif bertujuan untuk  mempelajari penggunaan dari prosedur pewarnaan negatif untuk mengamati morfologi organisme yang sukar diwarnai oleh pewarna - pewarna sederhana. Pewarnaan ini memerlukan pewarna asam seperti eosin atau negrosin. Pewarna asam memiliki negatif charge kromogen yaitu tidak akan menembus atau berpenetrasi ke dalam sel karena terdapat negative charge pada permukaan bakteri. oleh karena itu,sel yang tidak berwarna akan mudah dilihat dengan latar belakang berwarna. Bahan yang digunakan adalah biakan pada agar nutrient miring yang berumur 24 jam seperti bakteri Escherichia coli, Bacillus cereus, dan staphylococcus aureus. Reagensia pada pewarnaan negatif adalah Nigrosin atau tinta India.
3.      Pewarnaan gram
Pewarnaan gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Pewarnaan gram bertujuan untuk mempelajari prosedur pewarnaan Gram, memahami pentingnya setiap langkah dalam prosedur tersebut,dan secara umum memahami reaksi - reaksi kimiawi yang terlibat di dalam proses tersebut. Bakteri dengan pewarna utama atau primary stain yaitu dengan kristal violet atau Gentian violet akan berubah menjadi berwarna ungu, melalui fiksasi warna dengan lugol akan menguatkan pelekatan warna utama, penambahan alcohol akan melunturkan atau memucatkan zat warna utama sehingga pada sel Gram negatif sel menjadi tidak berwarna tetapi pada sel Gram positif tidak mengalami pelunturan sehingga tetap berwarna ungu. Pada pemberian pewarna tandingan atau counterstain yang berbeda dengan pewarna utama yaitu safranin menyebabkan bakteri gram negatif akan menyerap warna tersebut menjadi merah. Bahan yang di gunakan dalam pewarnaan ini adalah  kultur bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Bacillus cereus yang berumur 24 jam pada agar nutrien miring. Reagensia pada pewarnaa gram adalah kristal violet, lugol, alkohol 95 %, dan Safranin.

4.      Pewarnaan tahan asam
Pewarnaan tahan asam bertujuan untuk mempelajari dasar - dasar kimiawi pada reaksi tahan asam dan kinerja prosedur pewarnaan tahan asam untuk membedakan bakteri tahan asam dan tidak tahan asam. Pemanasan akan membantu penyerapan zat warna utama yaitu karbol fuchsin melalui pemberian larutan pemucat atau asam alkohol bakteri tahan asam tetap berwarna merah sedangkan pada bakteri tidak tahan asam zat warna utama akan luntur sehingga pada penambahan warna kedua dengan Methylen blue bakteri akan menyerap zat warna biru tersebut. Bahan yang di gunakan dalam pewarnaan tahan asam ini adalah biakan yang berumur 24-48 jam mycobacterium Sp dan S.aureus dalam TSB. Reagensia pada pewarnaan tahan asam adalah karbol fuchsin, asam Alkohol, dan methylen Blue.
5.      Pewarnaan spora
Pewarnaan spora bertujuan untuk mengenal dasar - dasar kimiawi pada pewarnaan spora dan kinerja dari prosedur untuk membedakan spora bakteri dan bentuk vegetatif. Pemanasan akan mengembangkan lapisan luar spora sehingga zat warna utama dapat masuk ke dalam spora sehingga menjadi berwarna hijau. Melalui pendinginan warna utama akan terperangkap di dalam spora, dengan pencucian zat warna utama yang ada pada sel vegetatif akan terlepas sehingga pada saat pewarnaan kedua dengan safranin, sel vegetatif akan berwarna merah. Bahan yang digunakan dalam pewarnaan ini adalah biakan berumur 48 - 72 jam bacillus cereus dalam agat nutrien miring dan clostridium butyricum dalam Tioglikolat.
6.      Pewarnaan granula
Pewarnaan granula bertujuan untuk mempelajari dasar - dasar kimiawi dan kinerja prosedur pewarnaan granula. Bahan yang digunakan dalam pewarnaan ini yaitu Corynebacterium diphtheriae dalam agar Loeffler. Reagensia dalam pewarnaan granula ini adalah Toluidin blue, malachite green, methylen blue, kristal violet, krisoidin dan alkohol 95 %.
7.      Pewarnaan kapsul
Pewarnaan kapsul bertujuan untuk melakukan prosedur pewarnaan kapsul bakteri karena kapsul tidak berwarna dan mempunyai indeks bias yang rendah sehingga diperlukan teknik pewarnaan yang khusus. Bahan yang digunakan dalam pewarnaan kapsul adalah klebsiella pneumoniae yang berumur 36 jam dalam media cair. Reagensia pada pewarnaan kapsul ini adalah kristal violet, CuSO4.5H2O 20 % dan Methylen Blue atau Safranin.
8.      Pewarnaan flagella
Pewarnaan flagella bertujuan untuk mempelajari dasar - dasar kimiawi dan kinerja prosedur pewarnaan flagella. Bahan yang di gunakan dalan pewarnaan flagella ini adalah biakan Proteus vulgaris dan Pseudomonas aeruginosa. Reagensia dalam pewarnaan ini yaitu kristal volet, asam alcohol, dan pewarna flagella-Gray.

3.      Kesimpulan
Observasi adalah salah satu tahap dalam metode ilmiah untuk memecahkan suatu masalah yang dilakukan dengan cara melihat atau memperhatikan. Observasi dibagi menjadi tiga macam yaitu observasi partisipan yaitu peneliti masuk dalam kehidupan observer, obervasi sistematik atau bisa disebut dengan observasi kerangka, dan observasi eksperimental yaitu peneliti kejadian dan perilaku objek penelitian. untuk melakukan penelitian, peneliti harus memiliki pengetahuan yang luas tentang objek penelitianya. Observasi dapat dilakukan dengan cara langsung dan secara tidak langsung. Observasi langsung misalnya peneliti datang langsung ketempat dimana objek itu berada dan untuk observasi tidak langsung bisa dilakukan dengan cara seperti questionnaire dan tes.
Mikroskop adalah alat untuk melihat benda – benda kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata kasar. Mikroskop ini selalu mengalami perkembangan dalam setiap zamannya. Alat ini pertama kali ditemukan oleh Thonius Philips Van Leewenhoek pada tahun 1632. Awal mula mikroskop ini hanya memiliki 200 kali lipat, tetapi dengan adanya perkembangan zaman maka mikroskop juga ikut berkembang sesuai dengan fungsinya. macam – macam mikroskop yang dapat diketahui adalah mikroskop cahaya, mikroskop binokiler, mikroskop electron, dan Scanning electron microscope.
Pewarnaan atau bisa disebut dengan stainning adalah teknik  pemberian warna pada sel dan jaringan untuk mempermudah pengamatan dengan menggunakan mikroskop. Pembagian zat warna dalam teknik pewarnaan berdasarkan sifatnya ada dua yaitu zat warna asam, misalnya acid fuchsin dan eosin serta zat warna basa, misalnya hematoxylin dan basic fuchsin. Macam – macam teknik pewarnaan ada delapan yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan negative, pewarnaan gram, pewarnaan tahan asam, pewarnaan spora, pewarnaan granula, pewarnaan kapsul, dan pewarnaan flagella.

4.      Penutup
Dari pembahasan di atas mengisaratkan bahwa adanya hubungan antara observasi, mikroskop, dan pewarnaan sel dan jaringan. Hubungan itu ada pada proses penelitian tentang sel dan jaringan. Dalam melakukan penelitian itu peneliti pasti menggunakan mikroskop dalam pengambilan data penelitianya. Proses pengambilan data inilah yang disebut dengan observasi. Dari bab – bab yang disampaikan pasti ada kesalahan yang penulis tidak sadari. Dan oleh sebab itu, penulis membutuhkan kritikan dan masukan untuk dapat memperbaiki kesalahan – kesalahan yang telah dilakukan di masa yang akan datang. Dan dengan karya ilmiah ini semoga dapat memberikan manfaat kepada pembaca untuk bisa memahami materi yang telah dipaparkan di atas. Sehingga manfaat tersebut dapat dirasakan oleh penulis di akhirat kelak.

Daftar pustaka
§  Cahyati, S. Hal – Hal yang Perlu diperhatikan dalam Menggunakan Mikroskop.                 http://hanifahnoviandari.wordpress.com. 10 November 2013
§  Cahyati, S. Pemeliharaan Mikroskop. http://hanifahnoviandari.wordpress.com. 10                    November 2013
§  Manik, M. 2012. Pewarnaan (stainning). http://manganjumanik.blogspot.com. 01                      November 2013
§  Mastarmudi. 2010. Pengertian Observasi. http://mastarmudi.blogspot.com. 10                          November 2013
§  Yaqin, A. 2010. Teknik Observasi. http://yaqinov.wordpress.com. 10 November                      2013

                                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar