KARYA ILMIYAH
OBSERVASI
PENELITIAN, MIKROSKOPIS, SERTA PEWARNAAN SEL DAN JARINGAN
Oleh : Moh. Farid Muarrof
Abstrak
Dalam
melakukan penelitian pasti ada tahap yang dilakukan yang disebut dengan
observasi. Suatu kegiatan dengan memperhatikan
secara akurat inilah yang disebut dengan observasi. Kebanyakan penelitian
ketika melakukan observasi ini menggunakan mikroskop untuk mendapatkan
informasi secara menditail khususnya pada bidang biologi. Mikroskop sering
digunakan untuk mengamati sel dan jaringan makhluk hidup. Oleh karena itu dalam
proses pengamatan sel dan jaringan membutuhkan teknik pewarnaan atau staining
untuk mempermudah pengamatannya. Dengan warna yang mudah dilihat akan
menjadikan peneliti bisa menidentifikasi organel – organel yang ada didalamnya.
1.
Pendahuluan
A. Latar belakang
Penelitian
merupakan suatu proses dimana seseorang mencari jawaban dari suatu pertanyaan
yang timbul dalam dirinya. Penelitian juga digunakan untuk memecahkan masalah
yang sedang dihadapi oleh masyarakat sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh
orang banyak. Penelitian dilakukan dengan mengikuti tahap – tahapan tertentu.
Tahapan dalam penelitian tersebut diawali dengan adanya masalah yang ingin
diteliti dan akhirnya masalah itu dapat
disimpulkan atau dirumuskan. Dari kesimpulan atau rumusan itulah orang
banyak akan dapat menikmatinya. Dalam melakukan penelitian, ada tahap obervasi
yang juga termasuk dalam tahapan penelitian. Dimana observasi juga bisa disebut
dengan pangamatan secara langsung untuk pengumpulan data penting dalam
penelitian. Proses pengamatan yang dilakukan adalah dengan cara peneliti
langsung ikut serta dalam mencari data di lapangan. Dalam melakukan penelitian
khususnya dalam bidang biologi, peneliti sering menggunakan alat yang bernama
mikroskop.
Mikroskop
ini digunakan untuk melihat benda – benda kecil yang tidak dapat dilihat oleh
mata kasar, dalam hal ini akan di jelaskan tentang sel dan jaringan. Semua sel
dan jaringan berbentuk kecil sehingga dalam penelitianya membutuhkan mikroskop
sebagai alat untuk membantu dalam mengamatinya. Dan untuk mempermudah jalannya
pengamatan dengan menggunakan mikroskop, maka dalam penelitian perlu juga adanya
proses pewarnaan pada objek tertentu untuk memperjelas objek yang akan diamati
seperti pada sel dan jaringan. Dengan adanya tahapan tersebut, penulis tertarik
untuk membuat artikel ilmiah dengan judul “ Observasi Penelitian, Mikroskopis, serta
Pewarnaan Sel dan Jaringan “. Karya ilmiah ini akan memberikan sedikit
penjelasan tentang suatu proses dalam penelitian tentang sel dan jaringan.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan
uraian di atas, timbul beberapa persoalan yang penulis rumuskan untuk
mendapatkan pembahasan lebih lanjut, maka permasalahan yang dapat dirumuskan
adalah:
1.
Apa
yang dimaksud dengan observasi penelitian?
2.
Apa
yang dimaksud dengan mikroskopis?
3.
Bagaiman
cara melakukan pewarnaan sel dan jaringan?
C. Tujuan
Berdasarkan
batasan masalah dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin di capai
dalam penulisan laporan ini antara lain:
1.
Untuk
mengetahui tentang observasi penelitian
2.
Untuk
mengetahui tentang mikroskopis
3.
Untuk
mengetahui tentang cara pewarnaan sel
dan jaringan
2.
Sub topic
A.
Observasi
Penelitian
Dalam
melakukan penelitian, seseorang pasti akan menggunakan metode dalam
penelitiannya. Metode tersebut adalah metode ilmiah, jika dalam
bahasa inggris metode ini bisa di sebut dengan “scientific method” yaitu metode yang terdiri dari merumuskan masalah,
melakukan observasi, membuat hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisis
hasil eksperimen, membuat kesimpulan, dan mempublikasikan hasil penelitian. Dari
tahap – tahapan tersebut Istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang
artinya ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi ditujukan pada suatu kegiatan
dengan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungannya dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian
dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu
sosial, Observasi ini dapat berlangsung dalam konteks laboratoriurn
(experimental) maupun konteks alamiah. Dalam arti luas, observasi juga bisa
dilakukan dengan cara tidak langsung seperti questionnaire dan tes. Pada
dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan atau mencari informasi
tentang sesuatu hal yang ingin diketahui. Deskripsi harus kuat, faktual,
sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan. Dalam
melakukan observasi, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dan masing –
masing akan sesuai untuk keadaan – keadaan tertentu. Teknik tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Observasi
partisipan
Observasi
partisipan merupakan suatu observasi dimana orang yang melakukan observasi ikut
ambil bagian dalam kehidupan observer (objek observasi). Lebih jelasnya,
peneliti merupakan bagian dari kelompok yang ditelitinya, misalnya ia termasuk
suku bangsa, ia merupakan anggota perkumpulan, atau ia menjadi pekerja dalam
perusahaan yang diselidikinya dan sebagainya.
Teknik ini pada umumnya di gunakan untuk penelitian yang bersifat eksploratif.
Teknik ini digunakan ntuk menyelidiki satuan – satuan sosial yang besar karena
dalam penelitian memungkinkan peneliti untuk berkomunikasi secara leluasa tentang
sesuatu yang penting dengan rinci kapada observer sehingga akan banyak
informasi yang akan didapatkan. Kekurangan dari teknik ini adalah adanya kemungkinan
besar peneliti terlalu terlibat dalam situasi tertentu, sehingga prosedur yang
diikutinya tidak dapat diulangi dan di-chek kebenaranya oleh peneliti lain.
Dengan katerlibatanya dalam situasi, mungkin ia tidak dapat melihat secara
tajam dan jelas lagi hal – hal yang khas yang harus diamati dan ditulis. Karena
mungkin hal – hal tersebut manjadi hal yang sudah biasa dan lumrah.
a. Metode
Observasi
Permasalahan
tentang metode observasi sama sekali tidak dapat dilepaskan dari tujuan
penelitian yang hendak diselenggarakan. Observer perlu memusatkan perhatiannya
pada apa yang sudah diterangkan dalam pedoman observasi (observation guide) dan
tidak terlalu insidental dalam observasi-observasinya.
b. Waktu dan Bentuk Pencatatan
b. Waktu dan Bentuk Pencatatan
Masalah
kapan dan bagaimana peneliti mengadakan pencatatan adalah masalah yang penting
dalam observasi partisipan. Sudah dapat dipastikan bahwa pencatatan dengan
segera terhadap kejadian - kejadian dalam situasi interaksi merupakan hal yang
terbaik yang bisa dilakukan oleh peneliti.
2. Observasi
sistematik
Observasi sistematik dapat disebut juga dengan observasi
kerangka. Ciri utama dari observasi sisitematik adalah kerangka yang memuat
faktor-faktor yang telah di atur kategorisasinya lebih dulu dan ciri-ciri
khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu.
a. Materi
Observasi
Isi
dan luas situasi yang akan diobservasi dalarn observasi sistematik umumnya
lebih terbatas. Sebagai alat untuk penelitian desicriptif, peneliti berdasarkan
pada perumusan-perumusan yang lebih khusus. Wilayah atau scope observasinya
sendiri dibatasi dengan tegas sesuai dengan tujuan dan penelitian, bukan
situasi kehidupan masyarakat seperti pada observasi partisipan yang umumnya
digunakan dalam penelitian eksploratif.
Perumusan-perurnusan masalah yang hendak diselidikipun sudah dikhususkan, misalnya hubungan antara pengikut, kerjasama dan persaingan, prestasi be1aar, dan sebagainya. Dengan begitu kebebasan untuk memilih apa yang diselidiki sangat terbatas. Ini dijadikan ciri yang membedakan observasi sistematik dan observasi partisipan.
Perumusan-perurnusan masalah yang hendak diselidikipun sudah dikhususkan, misalnya hubungan antara pengikut, kerjasama dan persaingan, prestasi be1aar, dan sebagainya. Dengan begitu kebebasan untuk memilih apa yang diselidiki sangat terbatas. Ini dijadikan ciri yang membedakan observasi sistematik dan observasi partisipan.
b. Cara
- Cara Pencatatan
Persoalan
– persoalan yang telah dirumuskan secara teliti memungkinkan jawaban, respons,
atau reaksi yang dapat dicatat secara teliti pula. Ketelitian yang tinggi pada
prosedur observasi inilah yang memberikan kemungkinan pada peneliti untuk
mengadakan “kuantifikasi” terhadap hasil-hasil penyelidikannya. Jenis-jenis
gejala atau tingkah laku tertentu yang timbul dapat dihitung dan ditabulasikan.
Ini nanti akan sangat memudahkan pekerjaan analisis hasil.
3. Observasi
eksperimental
Teknik
observasi ini dapat dilakukan dalam lingkup alamiah atau natural ataupun dalam
lingkup experimental. Dalam observasi ekperimantal, observer atau peneliti
rnengamati kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan perilaku-perilaku observe
atau objek penelitian dalam lingkup natural, yaitu kejadian, peristiwa, atau
perilaku murni tanpa adanya usaha untuk mengontrol. Observasi eksperimental
dipandang sebagai cara penyelidikan yang relatif murni, untuk menyeidiki
pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia. Hali ini
disebabkan karena faktor yang mempengaruhi tingkah laku observe atau objek
penelitian telah dikontrol dengan sebaik mungkin, sehingga tersisa beberapa
faktor yang akan diamati pengaruhnya terhadap perilaku yang diberikan.
Ciri-ciri
penting dari observasi eksperimental adalah sebagai berikut :
·
Observer akan dihadapkan
pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk semua observee.
·
Situasi dibuat
sedemikian rupa, untuk memungkinkan timbulnya variasi tingkah laku yang akan
diamati oleh observee.
·
Situasi dibuat
sedemikian rupa, sehingga observee tidak tahu maksud yang sebenarnya dari
observasi.
·
Observer atau peneliti
membuat catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara observee mengadakan
aksi reaksi, bukan hanya jumlah aksi reaksi semata.
Untuk
melakukan observasi
secara sistematis, peneliti harus memiliki latar belakang atau pengetahuan yang
luas tentang objek penelitian, mempunyai dasar teoritis dan dan sikap yang
objektif. Peneliti ketika melakukan penelitian tidak boleh sekedar datang dan
mencatat segala apa yang dilihatnya, tetapi peneliti juga harus memperhatikan
lingkungan sekitar supaya tidak merasa terganggu atas kedatangan peneliti. Dalam
melakukan observasi, peneliti hal – hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Mengetahui
objek yang akan diteliti. Hal ini penting untuk ditentukan, karena akan
mengfokuskan peneliti kepada tujuan awal penelitian.
2. Mengetahui
tempat observasi yang akan dilakukan. Tempat observasi harus memiliki objek
yang berbeda dengan objek yang ada di tempat lain untuk diteliti, seperti
keadaan lingkungan dan ciri anggota kelompok
yang berbeda.
3. Mengetahui
data yang akan diambil dari observasi tersebut. Dalam tahap ini memungkinkan observasi
yang dilakukan kurang memadai sehingga perlu kelengkapan dari metode lain
seperti wawancara dan angket.
4. Mengetahui
metode atau cara dalam pengambilan data. Dalam pengambilan data, peneliti harus
melakukanya dengan sangat hati – hati untuk menghindari sesuatu yang tidak
diinginkan terjadi dalam penelitian.
5. Mengetahui
cara mencatat hasil observasi. Bisaanya alat yang digunakan adalah kamera,
taperecorder, atau alat mekanis lainya. Sebaiknya hasil observasi segera
dicatat setelah observasi dilakukan, karena meminimalisir sifat lupa dan akan
mengurangi informasi yang didapatkan.
B.
Mikroskop
Mikroskop adalah
alat yang memungkinkan seseorang untuk bisa mengamati dan mempelajari struktur
terkecil sebuah benda atau tubuh mikroorganisme yang tidak bisa dilihat dengan
mata kasar. Kata mikroskop sendiri
berasal dari dua kata dari bahasa yunani yaitu micros dan scopein. Micros
memiliki arti kecil sedangkan scopein memiliki arti melihat. Secara sederhana
mikroskop dapat diartikan sebagai alat untuk melihat benda - benda kecil. Mikroskop
ini pertama kali di temukan oleh Thonius Philips Van Leewenhoek pada tahun
1632. Awal mula di temukan, mikroskop hanya dapat mencapai perbesaran 200 kali
lipat. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman dalam bidang penelitian, mikroskop
mengalami perkembangan dan mengalami penyempurnaan sesuai dengan fungsinya. Ada
beberapa macam mikroskop yang dapat diketahui secara umum yaitu sebagai berikut
:
1.
Mikroskop cahaya :
Mikroskop ini memiliki dua jenis lensa yaitu lensa okuler
dan lensa objektif. Cara kerjanya dibantu dengan pantulan cahaya sehingga
menembus obyek dan memiliki perbesaran sampai 1000 kali. Lensa obyektif berfungsi untuk pembentukan bayangan pertama dan
menentukan struktur serta bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir
serta berkemampuan untuk memperbesar bayangan obyek. Lensa okuler, adalah lensa
mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung berdekatan dengan mata
pengamat, dan berfungsi untuk memperbesar.
2.
Mikroskop binokuler :
Mikroskop
ini juga bisa disebut dengan mikroskop stereo. Mikroskop
binokuler adalah Alat yang digunakan
untuk pengamatan benda-benda yang tidak terlalu besar, transparan atau tidak,
penyinaran dapat diberikan dari atas ataupun dari bawah dengan sinar alam atau
sinar lampu. Mikroskop binokuler memiliki dua buah lensa yaitu lensa objektif
dan lensa okuler, sehingga dapat diperoleh bayangan tiga dimensi dengan
pengamatan kedua belah mata. Mikroskop
ini dapat memperjelas rincian permukaan obyek sampai perbesaran bayangan obyek
30 kali
3.
Mikroskop elektron :
Mikroskop ini memiliki daya resolusi yang
sangat tinggi dan memiliki perbesaran obyek sampai jutaan kali. Bayangan obyek
ini dilihat dengan menggunakan layar monitor. Mikroskop elektron ini
menggunakan jauh lebih banyak energy dan radiasi elektromagnetik yang
lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya.
4.
Scanning electron microscope :
SEM (Scanning Electron Microscope) adalah salah satu jenis mikroscop electron yang menggunakan berkas electron untuk menggambarkan bentuk permukaan dari material yang dianalisis Mikroskop ini digunakan untuk studi detail arsitektur permukkan sel atau struktur jasad renik dan obyek dapat diamati secara tiga dimensi.
Untuk
pembagiannya, mikroskop ada banyak jenis yang dapat dipahami yaitu :
1.
Berdasarkan jumlah lensanya
a.
Mikroskop lensa okuler atau
mikroskop lensa tunggal, mikroskop ini merupakan jenis mekroskop yang pertama
kali ditemukan.
b.
Mikroskop multilensa, mikroskop
jenis ini merupakan mikroskop yang dikembangkan dari mikroskop lensa okuler.
2.
Berdasarkan sumber cahayanya
a.
Mikroskop cahaya, mikroskop ini
memiliki perbesaran sampai 1000 kali lipat. Mikroskop ini tersusun atas
3dimensi lensa yaitu lensa objektif, lensa okuler dan lensa kondensor. Lensa
obyektif berfungsi sebagai pembentuk bayangan pada tingkatan pertama yaitu
menentukan susunan serta bagian obyek yang diteliti. Lensa okuler berfungsi
untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan atau dibentuk oleh lensa obyektif.
Lensa kondensor berfungsi untuk menerangi obyek yang akan diamati serta
menerangi lensa lainya.
b.
Mikroskop electron, mikroskop ini
dapat mengamati obyek hingga perbesaran obyek 2 juta kali. Mikroskop ini sangat
luar bisaa karena mikroskop ini dapat menampilkan gambar lebih jelas dan lebih
sempurna dari pada jenis mikroskop yang lainya.
3.
Berdasarkan tingkat kerumitan obyek
a.
Mikroskop sederhana, mikroskop jenis
ini merupakan miikroskop yang pada umumnya digunakan di laboratorium sekolah.
b.
Mikroskop riset, mikroskop jenis ini
merupakan mikroskop yang digunakan para ahli dalam melakukan penelitian.
Dari jenis –
jenis mikroskop tersebut, masih ada beberapa jenis mikroskop yang lain seperti
mikroskop digital, yaitu mikroskop yang dapat langsung tersambung dengan
perangkat komputer. Mikroskop pendar, yaitu mikroskop yang dapat digunakan
untuk mengamati benda asing atau antigen yang ada pada jaringan. Mikroskop
medan gelap, yaitu mikroskop yang digunakan untuk mengamati bakteri yang masih
hidup dan memiliki struktur tubuh yang tipis. Mikroskop ultraviolet, yaitu
mikroskop yang menggunakan cahaya ultraviolet sehingga daya pisah obyek dapat
di tingkatkan sampai dua kali lipat dari mikroskop lainya.
Cara Menggunakan Mikroskop Cahaya Sebelum melakukan praktikum maka perlu peneliti memperhatikan
langkah-langkah berikut:
1.
meletakkan
mikroskop di atas meja dengan cara memegang lengan mikroskop sedemikian rupa
sehingga mikroskop berada persis di hadapan pemakai atau peneliti !
|
2.
memutar
revolver sehingga lensa obyektif dengan perbesaran lemah berada pada posisi
satu poros dengan lensa okuler yang ditandai dengan bunyi klik pada revolver
|
3.
Mengatur
cermin dan diafragma untuk melihat kekuatan cahaya masuk, hingga dari lensa
okuler tampak terang berbentuk bulat (lapang pandang).
|
4.
Menempatkan
preparat pada meja benda tepat pada lubang preparat dan menjepitnya dengan
penjepit obyek atau benda!
|
5.
Mengatur
fokus untuk memperjelas gambar objek dengan cara memutar pemutar kasar,
dengan melihat dari lensa okuler.
Untuk mempertajam gambar, peneliti dapat memutar pemutar
halus
|
6.
Setelah
menemukan bayangan objek, maka untuk memperbesar gambar dapat diganti dengan lensa
obyektif dengan ukuran dari 10 X, 40 X atau 100 X dengan cara memutar
revolver hingga berbunyi klik.
|
7.
Setelah selesai menggunakan, mikroskop
dibersihkan dan disimpan pada tempat yang tidak lembab.
Dalam
menggunakan mikroskop, ada beberapa hal yang harus di perhatikan oleh pengguna
yaitu :
1.
Pengguna harus selalu membawa
mikroskop dengan menggunakan dua tangan.
2.
Bila menggunakan preparat harus basah,
tabung mikroskop selalu dalam keadaan tegak, dan meja dalam keadaan
datar. Hal ini berlaku untuk mikroskop dengan tabung tegak, hal tidak berlaku
untuk mikroskop dengan tabung miring
3.
Preparat basah harus selalu ditutup
dengan gelas penutup ketika dilihat di bawah mikroskop
4.
Selalu menjaga kebersihan lensa - lensa
mikroskop termasuk cermin.
5.
Bila ada bagian mikroskop yang
bekerja kurang baik atau hilang segera laporkan kepada laboran.
6.
Tidak dibenarkan melepas lensa - lensa
mikroskop dari tempatnya.
7.
Setelah selesai menggunakan
mikroskop, pasang lensa objektif dengan Perbesaran paling rendah pada kedudukan lurus
ke bawah.
Setelah
pemakaian mikroskop, pengguna juga harus menyimpanya ditempat yang benar dan
aman. Beberapa cara menyimpan mikroskop adalah sebagai berikut :
1.
Mikroskop harus disimpan di tempat sejuk, kering, bebas
debu dan bebas dari uap asam dan basa.Tempat penyesuaian yang sesuai ialah
kotak mikroskop yang dilengkapi dengan silica gel, yang bersifat higroskopis,
sehingga lingkungan sekitar mikroskop tidak lembab. Selain itu dapat pula
diletakkan dalam lemari yang diberi lampu untuk mencegah tumbuhnya jamur, atau
seperti gambar dibawah ini .
2.
Bagian mikroskop non optik, terbuat dari logam atau
plastik, dapat dibersihkan dengan menggunakan kain fanel. Untuk membersihkan
debu yang terselip di bagian mikroskop tersebut dapat digunakan kuas kecil atau
kuas lensa kamera.
3.
Lensa-lensa mikroskop (okuler, objektif, dan kondensor)
dibersihkan dengan menggunakan tisue lensa yang diberi alkohol 70%. Jangan
sekali-kali membersihkan lensa menggunakan sapu tangan atau lap kain.
4.
Sisa minyak imersi pada lens objektif dapat dibersihkan
dengan xilol (xylene). Pada penggunaan xilol haruslah hati-hati, jangan sampai
cairan xilol menempel pada bagian mikroskop non optik, karena akan merusak cat
atau merusak bahan plastik, dan juga jangan menggunakan larutan ini kebagian
lensa yang lain kecuali produsennya menyatakan bahwa tindakan tersebut aman.
5.
Sebelum menyimpan mikroskop, bersihkan selalu mikroskop
tersebut, terutama hapus semua minyak imersi di permukaan lensa, sehingga
partikel yang halus tidak menempel dan menggumpal serta mengering. Minyak dan
partikel halus pada lensa dapat mengaburkannya dan menyebabkan goresan. Hal ini
menurunkan kemampuan lensa. Preparat yang tertinggal di atas meja mikroskop
merupakan pertanda jelas suatu kelalaian/kecerobohan.
6.
Sebelum menyimpan mikroskop, meja mikroskop diatur lagi
dan lensa objektif dijauhkan dari meja preparat dengan memutar alat
penggeraknya ke posisi semula, kondensor diturunkan kembali, lampu dikecilkan
intensitasnya lalu dimatikan (kalau mikroskop listrik).
C.
Pewarnaan sel
dan jaringan
Pewarnaan
atau bisa disebut dengan stainning adalah teknik pemberian warna pada sel dan jaringan untuk
mempermudah pengamatan dengan menggunakan mikroskop. Zat warna yang digunakan
untuk teknik pewarnaan harus memiliki syarat
tertentu yaitu senyawa organik kompleks yang mempunyai (warna), dapat
dipertahankan dalam jaringan atau sel, dan terdiri dari gugus chromophore.
Setiap sel atau komponen yang ada dalam sel memilliki sifat - sifat khusus
dalam mewarnai jaringan atau sel dan memilki afinitas terhadap zat warna yang
berbeda dengan yang lainya. Dua macam
zat warna dengan sifat yang sama dapat mempengaruhi atau memberi kemampuan yang
tidak sama dalam mewarnai satu macam jaringan sehingga perlu untuk mengenali
setiap bagian dari sel dan mengenali setiap zat warna yang akan digunakan dalam
teknik pewarnaan.
Pembagian zat warna dalam teknik pewarnaan berdasarkan
sifatnya ada dua yaitu zat warna asam, misalnya acid fuchsin dan eosin serta
zat warna basa, misalnya hematoxylin dan basic fuchsin. Sedangkan zat warna
berdasarkan asalnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu zat warna alam, zat warna
ini dapat diperoleh dari tumbuhan atau hewan, misalnya hematoxylin dari
tumbuhan dan carmin dan kokineal dari hewan serta zat warna sintetis, yaitu zat
warna yang dibuat di pabrik, misalnya basic fuchsin. Selain itu, pewarnaan atau
stainning juga dapat dilakukan untuk jenis bakteriologi. Pewarnaan yang
dilakukan bertujuan untuk memudahkan dalam mengidentifikasi bakteri, pewarnaan
tersebut adalah :
1.
Pewarnaan sederhana
Pewarnaan sederhana juga bisa
disebut dengan pewarnaan positif. Pewarnaan ini bertujuan untuk mempelajari kegunaan pewarnaan untuk
mempertinggi kontras antara sel dan sekelilingnya serta untuk mengamati cirri -
ciri bakteri. Pada pewarnaan sederhana, bakteri diwarnai oleh reagen tunggal. Pewarna
dasar dengan kromogen muatan positif disarankan untuk memperhatikan lamanya
waktu pewarnaan yang tergantung pada jenis pewarna yang digunakan selama asam
nukleat bakteri dan komponen dinding sel membawa muatan negatif yang menyerap
dengan kuat dan mengikat kation kromogen. Untuk karbol fuchsin membutuhkan waktu sekitar 15-30 detik, Kristal violet
membutuhkan waktu sekitar 2-60 detik, dan Methilen Blue yang membutuhkan waktu
sekitar 1-2 menit. Bahan yang
dibutuhkan adalah biakan pada agar nutrient miring yang berumur 24
jam seperti bakteri Escherichia coli, Bacillus cereus, dan staphylococcus
aureus. Reagensia pada pewarnaan
sederhana adalah Methylen Blue, Kristal violet, dan Karbol Fuchsin.
2.
Pewarnaan
Negatif
Pewarnaan
negatif bertujuan untuk mempelajari
penggunaan dari prosedur pewarnaan negatif untuk mengamati morfologi organisme
yang sukar diwarnai oleh pewarna - pewarna sederhana. Pewarnaan ini memerlukan
pewarna asam seperti eosin atau negrosin. Pewarna asam memiliki negatif charge
kromogen yaitu tidak akan menembus atau berpenetrasi ke dalam sel karena
terdapat negative charge pada permukaan bakteri. oleh karena itu,sel yang tidak
berwarna akan mudah dilihat dengan latar belakang berwarna. Bahan yang digunakan adalah biakan
pada agar nutrient miring yang berumur 24 jam seperti bakteri Escherichia coli,
Bacillus cereus, dan staphylococcus aureus. Reagensia pada pewarnaan negatif adalah Nigrosin atau tinta
India.
3.
Pewarnaan gram
Pewarnaan gram adalah pewarnaan
diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium
mikrobiologi. Pewarnaan gram bertujuan
untuk mempelajari prosedur pewarnaan Gram, memahami pentingnya
setiap langkah dalam prosedur tersebut,dan secara umum memahami reaksi - reaksi kimiawi yang terlibat di dalam proses
tersebut. Bakteri dengan pewarna utama atau primary stain yaitu dengan kristal
violet atau Gentian violet akan berubah menjadi berwarna ungu, melalui fiksasi
warna dengan lugol akan menguatkan pelekatan warna utama, penambahan alcohol
akan melunturkan atau memucatkan zat warna utama sehingga pada sel Gram negatif
sel menjadi tidak berwarna tetapi pada sel Gram positif tidak mengalami
pelunturan sehingga tetap berwarna ungu. Pada pemberian pewarna tandingan atau
counterstain yang berbeda dengan pewarna utama yaitu safranin menyebabkan
bakteri gram negatif akan menyerap warna tersebut menjadi merah. Bahan yang di gunakan dalam pewarnaan ini
adalah kultur bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan
Bacillus cereus yang berumur 24 jam pada agar nutrien miring. Reagensia pada pewarnaa gram adalah kristal
violet, lugol, alkohol 95 %, dan Safranin.
4.
Pewarnaan tahan asam
Pewarnaan
tahan asam bertujuan untuk mempelajari
dasar - dasar kimiawi pada reaksi tahan asam dan kinerja prosedur pewarnaan tahan
asam untuk membedakan bakteri tahan asam dan tidak tahan asam. Pemanasan akan
membantu penyerapan zat warna utama yaitu karbol fuchsin melalui pemberian
larutan pemucat atau asam alkohol bakteri tahan asam tetap berwarna merah
sedangkan pada bakteri tidak tahan asam zat warna utama akan luntur sehingga
pada penambahan warna kedua dengan Methylen blue bakteri akan menyerap zat
warna biru tersebut. Bahan yang di
gunakan dalam pewarnaan tahan asam ini adalah biakan yang berumur 24-48
jam mycobacterium Sp dan S.aureus dalam TSB. Reagensia pada pewarnaan tahan asam adalah karbol fuchsin, asam
Alkohol, dan methylen Blue.
5.
Pewarnaan spora
Pewarnaan
spora bertujuan untuk mengenal dasar - dasar kimiawi pada
pewarnaan spora dan kinerja dari prosedur untuk membedakan spora bakteri dan
bentuk vegetatif. Pemanasan akan mengembangkan lapisan luar spora sehingga zat
warna utama dapat masuk ke dalam spora sehingga menjadi berwarna hijau. Melalui
pendinginan warna utama akan terperangkap di dalam spora, dengan pencucian zat
warna utama yang ada pada sel vegetatif akan terlepas sehingga pada saat
pewarnaan kedua dengan safranin, sel vegetatif akan berwarna merah. Bahan yang digunakan dalam pewarnaan ini
adalah biakan berumur 48 - 72 jam bacillus cereus dalam agat nutrien miring
dan clostridium butyricum dalam Tioglikolat.
6.
Pewarnaan granula
Pewarnaan
granula bertujuan untuk mempelajari
dasar - dasar kimiawi dan kinerja prosedur pewarnaan granula. Bahan yang digunakan dalam pewarnaan ini
yaitu Corynebacterium diphtheriae dalam agar Loeffler. Reagensia dalam pewarnaan granula ini adalah Toluidin
blue, malachite green, methylen blue, kristal violet, krisoidin dan alkohol 95
%.
7.
Pewarnaan kapsul
Pewarnaan
kapsul bertujuan untuk melakukan prosedur pewarnaan kapsul
bakteri karena kapsul tidak berwarna dan mempunyai
indeks bias yang rendah sehingga diperlukan teknik pewarnaan yang khusus. Bahan yang
digunakan dalam pewarnaan kapsul adalah klebsiella
pneumoniae yang berumur 36 jam dalam media cair. Reagensia pada pewarnaan kapsul ini adalah kristal violet, CuSO4.5H2O
20 % dan Methylen Blue atau Safranin.
8.
Pewarnaan flagella
Pewarnaan
flagella bertujuan untuk mempelajari
dasar - dasar kimiawi dan kinerja prosedur pewarnaan flagella. Bahan yang di gunakan dalan pewarnaan
flagella ini adalah biakan Proteus vulgaris dan Pseudomonas
aeruginosa. Reagensia dalam pewarnaan
ini yaitu kristal volet, asam alcohol, dan pewarna flagella-Gray.
3.
Kesimpulan
Observasi adalah
salah satu tahap dalam metode ilmiah untuk memecahkan suatu masalah yang
dilakukan dengan cara melihat atau memperhatikan. Observasi dibagi menjadi tiga
macam yaitu observasi partisipan yaitu peneliti masuk dalam kehidupan observer,
obervasi sistematik atau bisa disebut dengan observasi kerangka, dan observasi
eksperimental yaitu peneliti kejadian dan perilaku objek penelitian. untuk
melakukan penelitian, peneliti harus memiliki pengetahuan yang luas tentang
objek penelitianya. Observasi dapat dilakukan dengan cara langsung dan secara
tidak langsung. Observasi langsung misalnya peneliti datang langsung ketempat
dimana objek itu berada dan untuk observasi tidak langsung bisa dilakukan dengan cara seperti questionnaire dan
tes.
Mikroskop adalah
alat untuk melihat benda – benda kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata
kasar. Mikroskop ini selalu mengalami perkembangan dalam setiap zamannya. Alat
ini pertama kali ditemukan oleh Thonius
Philips Van Leewenhoek pada tahun 1632. Awal mula mikroskop ini hanya memiliki
200 kali lipat, tetapi dengan adanya perkembangan zaman maka mikroskop juga ikut
berkembang sesuai dengan fungsinya. macam – macam mikroskop yang dapat
diketahui adalah mikroskop cahaya, mikroskop binokiler, mikroskop electron, dan
Scanning electron microscope.
Pewarnaan atau
bisa disebut dengan stainning adalah teknik
pemberian warna pada sel dan jaringan untuk mempermudah pengamatan
dengan menggunakan mikroskop. Pembagian
zat warna dalam teknik pewarnaan berdasarkan sifatnya ada dua yaitu zat warna
asam, misalnya acid fuchsin dan eosin serta zat warna basa, misalnya
hematoxylin dan basic fuchsin. Macam – macam teknik pewarnaan ada delapan yaitu
pewarnaan sederhana, pewarnaan negative, pewarnaan gram, pewarnaan tahan asam,
pewarnaan spora, pewarnaan granula, pewarnaan kapsul, dan pewarnaan flagella.
4.
Penutup
Dari pembahasan
di atas mengisaratkan bahwa adanya hubungan antara observasi, mikroskop, dan
pewarnaan sel dan jaringan. Hubungan itu ada pada proses penelitian tentang sel
dan jaringan. Dalam melakukan penelitian itu peneliti pasti menggunakan mikroskop
dalam pengambilan data penelitianya. Proses pengambilan data inilah yang
disebut dengan observasi. Dari bab – bab yang disampaikan pasti ada kesalahan
yang penulis tidak sadari. Dan oleh sebab itu, penulis membutuhkan kritikan dan
masukan untuk dapat memperbaiki kesalahan – kesalahan yang telah dilakukan di
masa yang akan datang. Dan dengan karya ilmiah ini semoga dapat memberikan
manfaat kepada pembaca untuk bisa memahami materi yang telah dipaparkan di
atas. Sehingga manfaat tersebut dapat dirasakan oleh penulis di akhirat kelak.
Daftar
pustaka
§ Cahyati, S. Hal
– Hal yang Perlu diperhatikan dalam Menggunakan Mikroskop. http://hanifahnoviandari.wordpress.com.
10 November 2013
§ Cahyati, S.
Pemeliharaan Mikroskop. http://hanifahnoviandari.wordpress.com.
10 November 2013
§ Manik, M. 2012.
Pewarnaan (stainning). http://manganjumanik.blogspot.com.
01 November 2013
§ Mastarmudi.
2010. Pengertian Observasi. http://mastarmudi.blogspot.com.
10 November 2013
§ Yaqin, A. 2010.
Teknik Observasi. http://yaqinov.wordpress.com.
10 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar